Sunday, October 15, 2006

Kabut

Ada kutipan dari kolom Opini di Majalah Tempo:
"Ketika jumlah titik api menjamur, api membesar, segala upaya pemerintah untuk melakukan pemadaman pasti sia-sia, sekeras apa pun. Padahal hujan sudah diundang dengan teknologi hujan buatan. Bom air sudah dijatuhkan dari helikopter dan bahkan pesawat angkut Hercules. Gubernur dan bupati sudah dipanggil dan dimarahi. Doa dipanjatkan. Dan upaya hukum dengan menangkapi pembakar hutan juga sudah dilakukan".

Aku suka gaya tulisannya, siapa yah penulisnya? Terlebih lagi pada kalimat "Doa dipanjatkan". Bulu roma seakan berdiri ketika penulis mengingatkan kita kepada Sang Pencipta ditengah-tengah emosi yang tertumpahkan di tulisannya. Hebat.

Yahhh... namanya juga perspektif, bisa berbeda pada setiap orang dalam menanggapi cuplikan tadi. Mungkin juga perspektif dipengaruhi oleh muak. Muak menghirup asap, muak dengan kebakaran, muak dengan penanganan pemerintah terhadap api yang berkobar, muak melihat titik-titik api yang kian melumut di muka bumi Sumatera, muak mendengar kabar yang sama dan tiada habis-habisnya setiap tahun. MUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKKKK!!!

hmmm... Perspektif... Opini... apa sih? jadi teringat mata kuliah Opini Publik dulu. *googling ahh*. Menurut Wikepedia,"Opini publik adalah unsur-unsur dari pandangan, perspektif dan tanggapan masyarakat mengenai suatu kejadian, keadaan, dan desas-desus tentang peristiwa-peristiwa tertentu."
Skian. :D

No comments: